Langsung saja, apa perbedaan antara spiritual dengan supernatural? Buat banyak orang, seolah itu sama saja. Padahal keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Spiritual adalah soal inner self, bagaimana menggali diri sendiri. Tidak melulu berupa batin, tapi juga olah pikir dan mental secara kesinambungan. Jadi
kemampuan seseorang dari bagaimana ia mengolah akal sebagai kekuatan kognitif, menggunakan perasaan, emosi sebagai keseluruhan intelektual berpadu dengan pengalaman hidup dalam perwujudannya secara utuh melalui proses fisik. Maka orang berdoa, sholat, sembahyang, meditasi, puja, adalah bentuk spiritual. Kalo cuma ngafalin dan bergerak, itu hanya kerja otak dan fisik. Ujungnya hanya
menjadi sekedar kewajiban atau kebiasaan. Menghayati dan menyelaraskan doa atas pengalaman sebagai sebuah narasi hidup baik berterimakasih atau bersyukur adalah kinerja spiritual yang didaraskan. Lebih bagus lagi jika berkala.
Sebab aktivitas semacam itu menggerakkan energi yang sangat besar dari diri sendiri. Olah pikir, perasaan emosi, mental dan sedikit fisik dari manusia menghasilkan harapan yang berorientasi kepada keinginan. Penggunaan beragam benda di luar itu hanyalah atribut simbolis. Kekuatan yang dihasilkan manusia itu sendiri lahir batin adalah kombinasi yang luar biasa. Bayangin jika seseorang hanya sekedar mengandalkan emosi, tapi pikiran ngelantur. Atau sebaliknya, berusaha rasional tapi batinnya tidak pernah bisa nyambung dengan pikirannya sendiri. Maka spiritualisme adalah membentuk diri sendiri, tentu saja secara perlahan
bertahap tidak sekonyong mendadak. Meski bersifat subyektif dan ke dalam, kerja spiritual sangat membantu untuk memahami diri sendiri dan juga melihat orang lain.
Sedangkan supernatural adalah bahasan fenomena di luar alam fisik, seringkali dikaitkan dengan hal
gaib, di luar nalar dan tidak mudah dibuktikan secara ilmiah. Oleh karenanya, bahasan tersebut sering jatuh kepada fallacy atau sesat pikir argumentum ad ignorantiam; oleh karena sulit dibuktikan ya percaya ajalah. Selain itu, supernatural berfokus kepada energi di luar tubuh manusia dan seringkali bersifat dependen. Misalnya, meyakini dan percaya bahwa energi benda, ruang, atau entitas tertentu berpengaruh kepada manusia. Jika aspek spiritual melihat benda sebagai atribut simbolis, maka supernatural memandang benda punya kekuatan tersendiri yang sangat berpengaruh kepada pemilik atau pengguna. Misalnya, entah tosan aji, batu, atau medium lainnya. Punya energi? Bisa jadi. Kalo pun ada sebenarnya relatif kecil sekali. Maka upaya penggunaan benda seperti itu tidak berpengaruh banyak. Pikir dan mentalmu itu yang jauh lebih berarti.
"While spirituality seeks to understand the universe through inner experiences, the supernatural often deals with phenomena that defy scientific explanation." ~FRS
Meski sulit dibuktikan, supernatural malah jadi fokus buat sebagian orang berbasis fallacy tadi untuk kepentingan lain. Maka tumbuh tahyul, mitos, narasi atau pembenaran yang kerap terjadi entah karena urusan perut hingga ingin terkenal. Apalagi di zaman medsos gini kan? Atribut jadi penting bukan lagi sekedar simbol, tapi identitas bahkan komoditas. Tampilan luar jadi lebih dibutuhkan dibandingkan
isi. Generalisasi dan pola pikir yang dangkal, menyeret spiritualisme dan dianggap sama saja. Budaya yang berkembang seperti itu, mematikan keberadaan manusia yang utuh dan penuh hakekat. Coba aja tengok kanan kiri, sibuk bermain dengan benda materi tapi lupa sama diri sendiri kan?