Sering orang membedakan. lebih enak mana kerja dibawah orang lain ataukah kerja mandiri? Menjadi pegawai ataukah pengusaha? banyak yang memilih salah satu di antaranya. Lebih enak jadi pegawai, nggak usah pusing mikirin bulanan. Ada juga yang memilih menjadi pengusaha, karena semua keuntungan bisa didapat dengan jumlah berlipat.
Akan tetapi banyak yang tidak mengetahui bahwa keduanya sangat berbeda meski juga sama. Berbeda dalam arti tugas, fungsi dan kewajiban masing-masing. Seorang pegawai punya keuntungan untuk tidak pusing soal penghasilan. Minimal setiap bulan tetap ada yang bisa masuk kantong. Akan tetapi tekanan kerja juga tinggi. Semakin besar jabatan, semakin besar pula pendapatan dan tanggung jawab, dalam arti harus selalu siap dikoreksi jika ada kesalahan. Demikian pula dengan seorang pengusaha. meski orang lihat banyka uang, tetapi itu adalah modal berputar. Harus siap pontang-panting jika ada proyek masuk, harus siap pula kelabakan jika tidak ada sama sekali. Sementara biaya bulanan termasuk biaya tetap dan lainnya harus berjalan. Bayar gaji pegawai juga harus dilakukan. Maka tidak heran jika di awal atau akhir bulan, pengusaha keringetan sementara karyawannya sudah dapat pemasukan.
Jadi apa kesamaannya? Baik pegawai dan pengusaha harus bermental baja sebab sama-sama jadi budak. Pegawai adalah budak korporat, pengusaha adalah budak klien, customer, pembeli atau siapapun yang menggunakan barang atau jasa yang dihasilkan. Meski butuh mental baja, berpindah dari pegawai ke pengusaha atau sebaliknya juga tidak mudah. Butuh penyesuaian terhadap paradigma secara mendasar. Mau jadi pebisnis, apa siap kalau nggak pegang uang? Mau jadi pegawai meski gaji besar, apa iya sanggup gajian dengan sistem cashflow? terima cash langsung flow gitu.
Artinya, mau pilih yang manapun tetap adalah pengelolaan atau manajemen keuangan berikut dengan rasio pengeluaran. Mau jadi pengusaha atau pegawai sekalipun, tidak akan pernah bisa sejahtera jika tidak pernah memikirkan fungsi uang dengan sebaik-baiknya. maka tidak mengherankan jika pebisnis tampil mewah, ya itu tampilan. Ada investasi yang harus dikeluarkan agar menimbulkan impresi terhadap pengguna jasanya secara potensial. Maka jadi lucu kan udah cuma ngandelin gaji, lantas mau bermewah juga. Sebaliknya, menjadi pebisnis juga ketat dalam mengatur pengeluaran yang tidak menguntungkan. Pegawai malah bisa membuat posting pengeluaran secara permanen karena idealnya bisa menghitung biaya berdasarkan pemasukan tetapnya.
Maka yang kasian sebenarnya adalah pengangguran terselubung. Kerja tetap kagak, bisnis juga nggak. Jadi parasit karena mengandalkan orang lain. Itu bukan budak korporat, bukan budak klien tapi budak buat dirinya sendiri. Payah banget.