Entah kenapa orang selalu suka mendengar kata gratis. Selalu ada sihir dibalik kata tersebut yang membuat orang bisa merasakan bahkan mendapatkan sesuatu dengan percuma, tidak mengeluarkan biaya. Kata gratis sendiri bermakna tidak dipungut bayaran. Artinya, memang sebagai lawan dari kondisi di mana orang harus berusaha dan mendapatkan sesuatu dengan sebuah pengorbanan atau pengeluaran secara finansial. Padahal definisi gratis tidak berhenti hanya di situ. Sesuatu bisa didapat bukan saja karena tidak mengeluarkan uang tetapi juga waktu, tenaga, ruang dan sebagainya. Misalnya sepeda motor gratis, mobil gratis, rumah gratis dan sebagainya. Itu saja masih pada taraf kebendaan. Bagaimana dengan sekolah gratis, kuliah gratis, hidup gratis? Tentu antrian akan panjang dan banyak yang akan bersorak kegirangan.
Dalam konteks kajian filosofis, pemahaman terhadap kata free bisa memiliki makna sempit mau pun luas. Dalam pengertian sempit, free berarti gratis sedangkan dalam makna yang luas free adalah bebas atau kebebasan. Kajian terhadap makna yang lebih luas inilah kemudian membahas soal freedomatau kebebasan. Ada banyak kebebasan yang bisa dirasakan oleh manusia seperti pilihan bebas (free choice), kehendak bebas (free will) hingga bicara bebas (free speech). Pemahaman terhadap kebebasan kemudian dapat ditafsirkan pula lewat beragam sub kajian seperti filsafat politik hingga filsafat kebudayaan. Berbeda dengan pemahaman yang lebih sempit, maka kebebasan dalam makna luas ini justru tidak gratis. Ada harga yang harus dibayar jika orang memilih, berkehendak atau bahkan bicara bebas. Contohnya, kebebasan dalam konteks kemerdekaan sebuah bangsa merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan dalam melawan penjajahan. Demikian juga kebebasan dalam ruang etnis, suku, budaya atau ras tertentu juga merupakan perlawanan terhadap perbudakan, penindasan dan ketidakadilan. Harga yang harus dibayar tersebut bisa berupa perjuangan fisik bersenjata hingga diplomasi yang kerap harus menumpahkan darah dan nyawa. Oleh karena itu, kebebasan dalam konteks ini menjadi mahal karena harus diperjuangkan dan dipertahankan.
Ingin tau kelanjutannya? Cek di Buku ANTI FILSAFAT (2022). Sebentar lagi launching. Yuk pesan segera.