Percaya atau tidak, sejarah peradaban manusia ditentukan dari bagaimana caranya mereka buang hajat alias berak. Ada suku bangsa yang sangat memuliakan air sungai sehingga kotoran mereka bisa numpuk di kebun, bawah pohon hingga tepi jalan. Ada juga yang nggak berani kelihatan pas ngeden dan teliti agar orang tidak menginjak ranjau sembarangan, tapi sungainya jadi saluran alami untuk bisa be'ol. Jadi harus pilih-pilih juga ada di sebelah mana mandi dan di sebelah mana duduk jongkok, agar tidak salah pirit terkena emas kuning melayang di atas air.
Demikian pula ketika teknologi berkembang dan urusan crat crot tidak lagi bisa dilakukan di alam. Populasi manusia yang terus bertambah terkadang membuat perut kebelt itu jadi nggak gampang. Di abad pertengahan, kota-kota di Eropa itu seperti lubang kakus raksasa. Orang buang isi perutnya di kloset kayu dan tetiba isi kloset dilempar ke jalan. Jalan raya di kota besar saat itu bagaikan lumpur tak tak kunjung habis. Wajar saja jika kemudian bawah seperti penyakit sampar kemudian menghabisi sebagian jumlah penduduk. Bagaimana di Asia? kota seperti Edo (kini Tokyo) lebih padat tapi urusan begituan lebih terkelola saat itu. Entah mengapa, mungkin persoalan etis duduk jongkok sambil mringis itu dianggap soal serius antara tabu dan kebersihan.
Sampai kemudian teknologi mulai membuat manusia semakin lebih beradab. Urusan jongkok maupun duduk menggunakan bahan keramik porselen. Posisi duduk kini dianggap jauh lebih nyaman, meski jongkok konon katanya lebih bermanfaat secara kesehatan otot perut. Apalagi sudah ada flushing dan sistem pembuangan. Meski cebok masih pake tangn. tapi dengan adanya bidet sudah sangat membantu untuk bisa lebih bersih. Selang air penyemprot itu lebih populer di negara-negara Asia dibandingkan Barat. Bandingkan saja dengan WC gaya Eropa atau Belanda yang masih menggunakan alat bantu tissue. Jijik? Biasakanlah ketika melancong kesana.
Jadi urusan berak memang bagian dari peradaban. Ada unsur estetika, sanitasi, etika dan bahkan juga inspirasi. Ide yang biasanya sulit terpikirkan, bisa jadi muncul ketika melakukan meditasi dengan wajah menahan kenikmatan yang ditahan-tahan mules itu. Ada pula yang bawa buku, rokok bahkan ponsel. Akan tetapi itu semua hanya alat bantu mengalihkan perhatian yang membuat seseorang bisa berlama-lama di ruang tertutup pengap. Percaya atau tidak, fase awal sangatlah menentukan. Biasanya seseorang paham kondisi yang dihadapi apakah lagi sehat, atau tidak. Feces atau tokai memang jadi indikator penting. Mulai dari bau, warna, tekstur dan kekerasan yang ada. Apakah lagi diare, stress, banyak pikiran, susah makan, atau sebaliknya sehat sejahtera. Ketika ini selesai, biasanya berbarengan dengan ide atau gagasan yang sebelumnya sempat terpikirkan sebelum mules. Apa yang dibayangkan pada saat-saat normal dan sulit dilakukan, maka pergi ke belakang buang air itu bisa jadi solusi yang menakjubkan. Ketika Archimedes menemukan hukum berat melalui air yang tumpah adalah sama dengan berat dirinya saat masuk kamar mandi sambil berteriak Eureka!, maka orang lain bisa saja menemukan gagasan setara saat brat brot sambil lantang berseru arggghh! Nah, sungguh inspiratif bukan?
“The flush toilet, more than any single invention, has 'civilized' us in a way that religion and law could never accomplish.” ~ Thomas Lynch, The Undertaking: Life Studies from the Dismal Trade
Akan tetapi proses semacam itu bisa berlangsung jika berada dalam ruang privat atau personal. Jangan pernah bayangin akan ada di WC umum. Sudah belum tentu terawat, dihutung waktu, ada antrian, bayar pula. Terlebih di negara ini masih banyak orang yang terbaisa jongkok dibandingkan berdiri eh duduk. Akibatnya tapak kaki atau sepatu masih ada di atas toilet. Belum lagi kebiasaan untuk bersih-bersih sebagai fase terakhir menunjukkan bagaimana pola pikir dan tabiat kebersihan seseorang. Percuma lu ganteng cantik keren tapi urusan buang hajat masih nggak bersih. Ada yang nggak disiram, ada yang buang tissue sembarangan. Ada juga yang ngasal cebok. Sebagai bagian privasi, tentunya hal-hal kayak gini nggak akan ketahuan sampe ditemukan oleh orang terdekat. Maka jangan jorok deh. Muke bisa dipoles, bau nggak bisa diumpetin.