Macchiavelli pernah bilang begini, “friendships that are won by awards,and not by greatness and nobility of soul, although deserved, yet are not real, and cannot be depended upon in time of adversity”. Artinya kira-kira adalah persahabatan yangditebus karena pemberian hadiah atau kasarnya dibayar, itu tidak nyata. Meski harganya mahal, tetap nggak bisa diandalin pada masa-masa sulit. Temen macem begitu jelas tidak terhormat. Bayaran atau hadiah, dalam konteks ini bisa macem-macem. Misal karena kepentingan yang sama, ada transaksi timbal balik meski belum tentu soal duit, atau lebih buruk lagi adalah relasi asimetris atau bersifat parasitis. Macchiavelli justru melihat perkawanan yang tulus jauh lebih bernilai dan pastinya bisa diandalin ketimbang model begituan.
Lantas kenapa itu jarang terjadi? Tidak lain karena kompetisi. Ia juga berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu agresif dan manipulatif. Lucunya, dalam batas-batas tertentu orang bisa balik dimanipulasi. Persaingan, harga diri, gengsi, ego, membuat kita bisa saling memakan satu sama lain. Terlebih jika sejak awal, segala sesuatu ada syarat dan harganya. Ya repot kan? Mencari ketulusan itu ibarat cari sebatang jarum di tumpukan sampah TPA Bantar Gebang. Sampe mencret juga susah didapat. Lantas apa mau menyalalahkan diri sendiri, mencurigai yang lain, bahkan berprasangka? Maka menjadi mafhum jika sebagian manusia demen punya agenda dibalik agenda. Doyan bersiasat agar ada keuntungan ekstra. Suka jika dapet sesuatu dengan gratis dan meninggalkan berak di tempat orang lain. Tapi dia lupa, jika orang lain juga mampu berbuat yang sama bahkan lebih gila, lebih kejam dan lebih brutal.
Itulah sebabnya berbaik sangka adalah penting, tapi jangan juga naif menilai kepentingan orang lain. Tulus dan bermartabat adalah sikap yang harus dijaga, namun jangan lengah jika di luar sana banyak serigala. Berbagi rejeki itu penting, tapi jangan sampai kehilangan kebebasan gegara kenal orang. Tangan kanan
menjabat erat, tangan kiri memegang pedang. Sebab tidak ada yang gratis, sebaliknya tidak ada yang harus serba mahal. Berkerjasama dengan sikap terbuka, kenali sebanyak-banyaknya orang lain. Pilih dengan siapa harus bekerjsama sama secara taktis, operasional dan strategis. Mana bisa semua dipukul rata. Nggak punya sahabat menderita, dikadalin banyak temen apalagi. Amsyong kan lu? Dah bener blagak bego itu jadi penting.