Dalam proses moderasi diskusi seperti Focus Group Discussion atau FGD, selalu dikenal dengan istilah ice breaking atau secara literal dan denotatif adalah memecah es. Ini maksudnya bukan mau bikin es campur, tetapi adalah cara untuk memecah kebekuan yang terjadi di antara para peserta FGD dan juga moderator. Kebekuan adalah wajar terjadi jika para peserta tidak saling mengenal, baru bertemu muka, dan terlebih jika proses FGD dilakukan secara daring.
Proses ice breaking biasanya berlangsung cukup singkat. Katakanlah dengan jumlah responden standar enam orang di dalam sebuah FGD maka akan dibutuhkan waktu sekitar 10 hingga 15 menit. Pertanyaan-pertanyaan yang sering digunakan adalah dengan perkenalan diri, menyebut nama, usia jika perlu, pekerjaan atau aktivitas sehari-hari dan gimmick seperti pengalaman apa yang menyenangkan atau dibalik; tidak menyenangkan dalam seminggu terakhir. Mengapa demikian? Sebab pada dasarnya orang akan menjadi senang untuk berbagi pengalaman meski dengan cerita ringan. Membangun sebuah narasi yang kemudian bisa berkembang menjadi bentuk kehangatan komunikasi dengan orang lain. Selain itu, dengan berkenalan satu sama lain, maka orang akan cenderung menjadi lebih terbuka untuk berbicara. Terlebih jika ada orang lain yang memang mau mendengarkan.
Seorang moderator yang berpengalaman tentunya akan melihat proses ice breaking bukanlah sekedar gimmick ecek-ecek atau basa-basi di awal. Proses ini justru menjadi pembuka yang teramat penting karena pertama, moderator dapat melakukan profiling singkat dari responden dengan mendengarkan dan mengamati narasi yang ditampilkan. Pertanyaan-pertanyaan seperti soal nama, asal-usul, kelahiran, pekerjaan, hobi, domisili, pengalaman, perasaan yang muncul dan disajikan oleh responden dapat memberi introduksi serta korelasi dengan pernyataan-pernyataan yang akan ada kemudian setelah pertanyaan inti. Dengan kata lain, profiling menjadi penting terlebih ditambah kemampuan mengamati gesture, cara menjawab, aspek emosional dan sebagainya.
Kedua, dengan profiling singkat tersebut maka nilai kebenaran dari pernyataan-pernyataan yang muncul kemudian dapat dicek silang dengan apa yang ditampilkan di awal. Maka tidak mengherankan jika proses moderasi sebuah FGD dalam arti tertentu juga merupakan sebuah bentuk analisis dan investigasi. Bagaimana pernyataan yang muncul bisa saling berkaitan? Apakah kemudian jawaban yang diberikan mencerminkan pemahaman tertentu? Seperti apakah respons yang berikan oleh responden atau narasumber dan apa kaitannya dengan jawaban yang lain atau berbeda?
Oleh karena itu perihal mendengar, memahami dan kemudian mendalami setiap pernyataan yang muncul, sudah barang tentu akan melihat pola yang ada. Dengan pola jawaban, maka analisis serta insight sehingga kesimpulan bisa dihasilkan. Ketika ada kesimpulan, solusi bisa diberikan. Itulah sebabnya sebuah proses FGD adalah bersifat kohesif dan sekaligus komprehensif mulai dari awal seperti ice breaking hingga closing atau penutupan diskusi. Setiap menit menjadi berharga karena selain harus sejalan dengan ruang dan waktu yang disediakan, secara isi perbincangan juga harus dapat melihat makna yang terkandung di dalamnya.
Maka jangan remehkan pertanyaan-pertanyaan singkat seperti "liburan pergi kemana aja?", "dalam seminggu ini pernah dapet pengalaman berkesan?", "sarapan apa pagi ini?" sebagai bentuk ice breaking. Itu sama seperti dalam pergaulan sehari-hari seperti traktir kopi dan minta rokok. Kelihatan basa basi. Tapi dengan hal itu bisa jadi tau lebih dalam. Apalagi kalo orangnya minta mulu. Traktir kagak pernah. Itu mah tuman.