Disadari atau tidak, sebuah lingkungan baik dalam bentuk habitat atau lebih luas lagi seperti ekosistem sangatlah mempengaruhi manusia. Pengaruh itu bukan saja dalam soal superfisial seperti gaya atau tampilan fisik, tetapi juga cara pandang bahkan cara berpikir. Semakin seseorang punya wawasan yang luas, kemampuan berpikir yang tajam serta pengalaman yang nggak cuma ngemeng doang, sudah pasti ada banyak hal yang menjadi bagian dari data base dalam soal preferensi hingga pengambilan keputusan. Oleh karena itu, lingkungan yang akan sangat berpengaruh terutama setelah beranjak dewasa adalah lingkungan pergaulan sosial. Sejauh mana seseorang masuk dan mengalami dalam ragam pergaulan, sudah pasti akan mempengaruhi tidak saja perilaku tapi juga pola pikir.
Dengan kata lain, ada beberapa indikator untuk bisa mengatakan bahwa seseorang itu punya banyak pengalaman atau kuper, punya wawasan ataukah berotak sempit, punya temen yang berkualitas atau cuma gitu-gitu aja, punya ruang sosial yang bermakna atau hidup cuma cari musuh doang. Indikator pertama yang bisa dilihat tentu mengarah kepada bagaimana seseorang bergaul, membentuk dan terbentuk dalam ruang sosial yang ada. Bergaul dalam hal ini adalah mengenal banyak manusia dari berbagai latar dan kalangan. Semakin tidak terbatas pada gender, usia, suku, agama, kelas sosial, preferensi dan sebagainya, maka akan semakin menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak pilah-pilih. Mengenal banyak orang tentu menjadi sebuah modal dasar sendiri untuk kemudian berpartisipasi dalam banyak peran di masyarakat.
Indikator kedua, dengan semkian banyak orang yang dikenal maka teman pun bisa dipilih. Memilih teman sudah pasti ada kesamaan yang lebih tidak terlihat seperti profesi, hobi, dan sejenisnya ketimbang yang terlihat seperti suku, agama dan atribut lain. Mengapa? Kesamaan seperti suku, agama, duit akan cenderung membuat orang menjadi sempit dalam berpikir dan menimbang. Ia tidak akan pernah merasakan bagaimana situasi yang berbeda. Kesamaan seperti profesi atau hobi, meski terlihat lebih umum tapi bersifat inklusif atau terbuka. Siapapun bisa masuk karena ada kesamaan itu tanpa memandang latar belakang. Artinya, dalam hal ini berteman tetap memegang prinsip non eksklusif. Ada yang menyatukan lebih kuat dibandingkan unsur superfisial.
"Lots of people want to ride with you in the limo, but what you want is someone who will take the bus with you when the limo breaks down." ~Oprah Winfrey
Dengan kedua indikator tersebut maka seseorang yang memiliki banyak teman dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, terbukti mampu memainkan peran lebih luwes, terbuka dan memberi banyak kemudahan bagi siapapun juga. Ini beda banget dengan orang yang sedari kecil merasa eksklusif, lebih unggul, berteman pilah pilih karena merasa nyaman dalam ruang homogen seperti basis suku, agama, rasial dan sejenisnya. Begitu beranjak dewasa dan pola ini menjadi semakin permanen, maka jumlah teman semakin sedikit. Mainnya cuma itu-itu dan disitu doang. Mau sekuat apapun, ya bakal bantet nggak berkembang dengan baik.
Maka berteman sudah pasti pilah pilih, tapi basis pemilihannya harus bersifat lebih dinamis ketimbang mereka yang sudah merasa nyaman duluan dalam kelompok yang sama. Itulah sebabnya orang yang bisa bergaul dengan baik, akan mampu masuk dan diterima dalam ruang sosial manapun ketimbang yang cuma duduk anyep kagak kenal siapapun selain yang beratribut sama. Kasian kan jadinya?