Polemik klasik yang selalu muncul dalam pilihan hidup manusia adalah antara bekerja atau berbisnis. Sebagian mengatakan kerja lebih enak. Sudah punya jadwal tersendiri, tinggal ikut perintah, bulanan terjamin, nggak pusing mikir pengeluaran selama sudah punya perkiraan, asal nggak macem-macem bakal aman, paling sial kalo lagi krisis ya potong gaji. Sebagian lagi bilang bisnis lebih asyik. Bisa menentukan pilihan sendiri, uang yang didapat bisa lebih besar, asal giat pasti nyaman, paling sial modal berkurang dan masih bisa pinjam sana sini.
Akan tetapi meski kelihatan punya enak, baik kerja maupun bisnis bisa juga tidak enak. Kerja penuh tekanan dari atasan, kompetisi dari satu level dan juga pening ngatur bawahan. Kerja juga punya rutinitas yang membosankan. Itu-itu saja yang dihadapi. Tidak ada pengembangan yang berarti. Paling menghibur diri saat cuti. Situasi kerja diciptakan bukan supaya orang betah, tetapi produktif. Dikasih libur supaya pikiran tenang, dikasih persiapan pengsiun supaya nyaman, agar produktivitas semakin tinggi saat masih kembali kerja.
Demikian pula dengan bisnis. Orang lain senang pas tanggal gajian, ini malah pusing mikir tagihan. belum soal biaya rutin, biaya operasional, pajak, jaminan kesehatan, dan pengeluaran lain. Ketika bisnis merugi, maka harus siap pasang badan dengan segala penyusutan. Cari modal lagi nggak gampang. Ketika untung, jumlahnya tak seberapa. masih harus mengembalikan pinjaman dan cicilan. Bahkan segala kemewahan yang ada, harus tetap dilihat sebagai bentuk investasi; upaya untuk mengesankan pihak lain agar simbol kesuksesan itu bisa terpelihara dengan baik. Bangkrut? Biasa.
Dengan kedua perbedaan itu, maka semakin sulit buat banyak orang untuk bisa melakukan keduanya secara bersamaan. Bekerja sambil berbisnis atau sebaliknya, adalah hal yang nyaris mustahil. Mengapa? pertama, paradigma berpikir antara keduanya sangat berbeda. Biasa gajian dan memberi gaji itu lain. Kedua, tidak akan ada waktu yang banyak tersisa. Bisa atur waktu untuk kerja sekaligus bisnis? Ketiga, kalau pun mampu ya butuh waktu untuk switching dengan cepat berdasarkan kebiasaan dan pengalaman. Maka menjadi aneh jika orang bekerja pengen kaya, atau orang berbisnis mau hidup nyaman. Kerja sudah diukur dengan penghasilan tetap. Bisnis tidak menawarkan kenyamanan berpikir. Kasarnya, kalo kerja ya nggak perlu banyak mikir selain yang dikerjakan. Kalo bisnis, harus mikir terus gimana supaya orang lain kerja. Mau pilihan apapun di antara keduanya, tetap tidak ada yang enak. Kalo mau enak ya nggak usah kerja atau berbisnis. Minim produktivitas biar nggak capek. Nunggu duit warisan atau rejeki jatuh dari langit.
Tetapi lebih aneh lagi jika sudah kerja saja ogah-ogahan, bisnis juga nanggung. Trus pengen sugih gitu? Yasudah, ikut pesugihan tuyul atau pocong aja. Dijamin.