Pertanyaan yang sering menggelitik ketika orang beranjak dewasa, adalah kapankah waktu yang tepat untuk memulai sebuah karir? Ada yang bilang, kesempatan itu tidak datang kedua kalinya. Maka mempersiapkan diri adalah penting selagi masih muda. Ada juga yang mengatakan bahwa hal itu adalah tergantung situasi. Kesempatan nggak bisa dikejar begitu saja jadi idealnya ya tinggal menunggu. Ada lagi yang berpikir bahwa baiknya tunggu cukup umur dulu sebab untuk bisa menjalani sebuah karir yang cocok adalah butuh kematangan.
Jadi mana yang benar? Semuanya bisa jadi benar, akan tetapi ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi terlebih dahulu. Urusan kesempatan memang tidak datang kedua kali, akan tetaapi menyiapkan diri adalah soal privilese yang tidak dimiliki oleh setiap orang. Mengapa? Misalnya saja mau mendaftar sekolah kedinasan. Orang yang memiliki ayah ibu dari sebuah instansi yang sama tempat dia mendaftar, sudah pasti sejak kecil terbiasa dengan kultur, cara kerja dan gaya berpikir yang ada. Ketika mau masuk sekali pun, sudah pasti ada persiapan yang sudah dilakukan sejak dini. Kondisi ini berbeda dengan mereka yang katakanlah tidak punya latar belakang yang sama. Privilese jadi barang mewah. orang-orang yang hanya tau dari pengumuman dan punya persiapan hanya hitungan bulan, sudah pasti berbeda dengan yang seumur hidup sudah kenal dengan kultur tersebut.
Selain itu, usia juga adalah soal yang irelevan kalo dikaitkan dengan kapan berkarir. Ada yang siap saat 17 tahun, 21 tahun, ada juga bahkan yang 40 tahun. Memilih pekerjaan jaman sekarang belum tentu juga berkarir. Apalagi berkarir sendiri adalah keputusan penting menyiapkan jalan ke depan. Ada waktu yang harus dihabiskan, melakukan self-asessement, membangun rasa percaya diri dan sudah pasti nggak bisa terburu-buru. Ada keputusan yang harus dibuat berdasarkan fakta, bisa diandalkan dan tak terpengaruh oleh faktor emosional. Semisal mau menjadi pekerja lepas atau pegawai tetap; benarkah itu adalah panggilan diri dalam arti memang punya hasrat kesdana? Ataukah tidak ada pilihan lain sehingga terpaksa? Ataukah hanya sekedar mengisi kekosongan belaka?
"The biggest competition is myself. I am not looking to follow others or pull them down. I'm planning to test my own boundaries." ~Rain
Dengan semakin cepat menemukan passion semacam itu, maka akan lebih mudah untuk bisa tau bahwa diri ini akan mengarah kemana. Hidup bisa lebih bisa nikmati jika apa yang dikerjakan adalah sesuatu yang diinginkan, bukan karena diharuskan. Sama seperti orang yang bisa bersekolah dan mencari ilmu lantaran dia kepengen, bukan gegara dapet beasiswa doang yang mengharuskannya mengambil program tertentu. Tapi sayangnya, hal ini nggak disadari banyak orang. Ada banyak faktor penghambat seperti ketidaksadaran kemampuan diri sendiri, harus memenuhi keinginan orang lain, kemauan yang terlalu besar sampi nggak ngukur kapasitas, terlalu sungkan untuk mengembangkan diri, rasa malas yang membuat diri menjadi betah menunggu, sampai nggak enakan sama siapa pun sehingga tidak mandiri.
Padahal namanya hidup, biar gimana ya balik lagi kepada diri sendiri. It's your life, live it on your terms kan?