Kreativitas adalah hal yang mutlak berlaku di manapun tidak saja dalam dunia seperti industri kreatif tetapi juga termasuk dunia profesional lainnya, dunia akademik, bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kreativitas, orang tidak bisa berkembang, tidak dapat mencari pemecahan masalah secara genuine. Meski jargon soal otentisitas atau orisinalitas banyak digunakan, tapi itu hanya jadi seruan kosong jika di dalam keseharian tidak pernah digunakan. Mengapa kreativitas penting? Selain membuat orang membangun kapasitasnya, kreativitas juga menjadi tanda penguji bahwa seseorang mampu mencari jawaban bukan saja terhadap permasalahan tetapi juga menciptakan sebuah cara, metode, gaya atau bahkan sistem yang kemudian menjadi ciri khas yang bersangkutan.
Meniru adalah tindakan primitif untuk bertahan hidup, tetapi sering berakhir buruk sebab apa yang ditiru hanyalah berupa bentuk. Isi, relevansi, eksistensi bahkan resiko tidak pernah bisa sama dengan yang ditiru.
Bayangkan jika kreativitas mandeg. Tidak akan ada perkembangan yang berarti dan kemudian orang hanya akan meniru atau copycat habis-habisan dari yang lain. Perbuatan meniru tersebut bukan saja bicara soal kemalasan, atau soal keengganan tetapi juga kebiasaan untuk mencari jalan pintas. Ada banyak orang yang meniru tetapi malas mengakui, bahkan menolak atau menegasi perbuatannya. Lebih konyol lagi jika meniru sekaligus membenci. Itu sudah sering dilakukan. Lantas kenapa meniru? Selain malas dan biasa ambil jalan pintas, para copycaters semacam ini tidak terbiasa dengan proses membangun kapasitas dirinya sendiri. Bayangkan jika seorang mahasiswa hanya bisa menjiplak habis-habis tugas yang harus dibuat, atau ketika bekerja hanya menggunakan dan menggandakan sistem tanpa pernah melihat relevansi, koeksistensi bahkan juga risiko yang akan muncul. Apalagi seorang pendidik yang hanya menggunakan dan menggandakan bahan yang itu-itu saja, atau ambil comot dari orang lain. Seorang artis, pelukis, penulis atau pemusik yang malas sekalipun hanya menggunakan ide-ide orang lain tanpa pernah mengembangkannya. Konsekuensinya jelas bisa soal hak cipta, atau bahkan tuntutan hukum yang lebih serius. Maka dalam konteks meniru, bentuk bisa serupa tapi isi tidak pernah sama.
Jadi para peniru ini awalnya adalah followers yang kemudian bermutasi menjadi peminjam atau borrowers. Meminjam juga tidak permisi. Mengapa? Lah biasanya juga maen ambil kok malah minta. Tidak bilang terimakasih pula. Para peminjam ini kemudian mendapatkan beberapa keuntungan yang menurutnya adalah tanpa jerih payah. Kerja cerdas, ceritanya. Padahal tanpa disadari ada beberapa kerugian yang selalu muncul. Pertama, orang-orang semacam ini akan selalu tinggal di belakang, bahkan terbelakang. Inovasi yang terus menerus mampu membuat mereka tidak akan pernah berada di depan. Perkembangan yang ada hanya bisa diikuti. Maka tidak salah juga kalo sudah followers, borrowers kemudian jadi nebengers. Kedua, dengan berada terus di belakang, akan ada waktunya ketika ruang nyaman tersebut menjadi terganggu ketika mendadak harus di depan. Ini bukan saja perkara tampil, tetapi juga dipaksa mengambil inisiatif. Bagaimana bisa? Bukankah sehari-hari cuma ngintil di belakang? Sebab dalam hidup, akan ada keputusan-keputusan yang harus dibuat tanpa dukungan orang lain. Mulai dari persoalan eksistensial yang diabaikan hingga finansial yang harus diselesaikan. Ketiga, bagi yang kemudian terdesak hanya ada dua pilihan yakni entah menjadi terbuka dan harus otentik atau malah semakin manipulatif. Udah level nebeng, banyak bohongnya pula kan.
Itulah sebabnya para peniru, peminjam, penggelap semacam ini tidak perlu dikhawatirkan. Toh buat mereka kreativitas hanyalah gimmick untuk bisa sekedar selamat. Tidak lebih. Buat mereka yang benar-benar kreatif, langkah maju bahkan berlari itu tidak akan bisa dikejar atau disamakan dengan yang lain. Ide memang mahal, tapi lebih mahal lagi adalah kemampuan untuk mengembangkan gagasan secara terus menerus. Apa yang murah? cuma balik punggung, ngintip tapi kemudian jiplak. Itu murahan. Murahan punya pasarnya sendiri. Beda level cuk.