Dalam hidup yang penuh tekanan, kadang orang merindukan masa-masa batita ketika dipukpuk kemudian bisa tenang tertidur. Itu namanya self-soothing, atau cara menenangkan diri, melupakan sejenak dan bisa bobo enak. Tapi bayangin pas udah menua begini. Masalah semakin nyata di depan mata; mulai dari kagak punya duit, kerja gitu-gitu aja, berteman juga penuh drama, bergaul juga ada konflik. Segala hal yang bikin kecewa, marah, sedih bisa menumpuk jadi satu.
Nah, apa iya perlu balik jadi bebih lagi? Ya jelas kagak mungkin. Apalagi sebagai orang dewasa pastinya punya tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah. Bukan lari balik punggung ngambegan kayak harus dapet perhatian. Itu sih kagak tau malu. Suka atau tidak, masalah yang tidak selesai, bakal terus menumpuk dan tidak hilang begitu saja. Konsekuensinya, tekanan yang sedemikian tinggi membuat orang tidak bisa menghindar dan sekaligus membuat fisik dan psikis semakin renta. Minta pukpuk orang lain juga sulit, sebab nggak semua pastinya mau dan kalo mau pun belum tentu juga paham apa yang dihadapi.
Meski demikian, menenangkan diri bukanlah monopoli bayi lagi. Sebagai orang dewasa ada cara-cara lain yang bisa dilakukan sebagaimana bocah kecil. Misalnya, dengan menangis. Metode ini cukup efektif karena bisa melepas tekanan, membuat perasaan lega meski bersifat sementara, privat dan nggak perlu orang lain tau. Masalahnya, banyak orang mengira bahwa menangis adalah bentuk lemah, nggak pantas dilakukan apalagi lelaki. Masa' iye cowok mewek gitu? Padahal sebenarnya tidak begitu. Menangis itu wajar dilakukan oleh manusia segala umur. Mungkin karena orang melihatnya sebagai bentuk ekspresi yan terlalu sering sehingga dibilang cengeng. Menangis bukan saja soal ekspresi tetapi juga bentuk katarsis atau pelampiasan, bentuk apologia, bentuk penyampaian bahwa tekanan secara psikis ini harus bisa lepas meski bersifat sementara. Dibalik menangis ada harapan, kekesalan, kekecewaan, kemarahan dan kesedihan yang idealnya memang dikeluarkan dalam bentuk itu. Bayangin kalo malah destruktif gebukin orang atau bakar rumah? Malah bikin masalah baru ntar.
Lantas apa cukup cuma nangis aja? Ya nggaklah. Itu adalah metode untuk membuka perasaan, pintu masuk untuk bisa mengenali dan mengelola perasaan sendiri. Lihat saja perasaan-perasaan yang muncul dan respons dari tubuh ketika menghadapinya. Apakah seseorang bisa dan sanggup mengidentifikasi diri saat marah, sedih, kecewa? Manakah yang terlalu sulit untuk bisa dihadapi? Sebab biasanya kalo gampang, ya cukuplah itu dibawa pikiran. Kalo berat, nangis aja bisa nggak cukup. Dengan kata lain, orang perlu tau ketika dirinya butuh metode yang tepat untuk bisa menghadapi situasi. Masalah yang berbeda, waktu yang berbeda dan cara yang berbeda juga. Ketika menenangkan diri nggak cukup hanya dengan menangis, cari tau kira-kira dengan apa bisa melupakan sejenak dan bisa menenangkan pikiran sehingga nyaman dan bisa tidur.
Kok tidur? Ya sama kayak bayi, nangis dikit dipukpuk bisa bobo. Beberapa orang mungkin dianggap bebal karena begitu ada masalah, pelariannya langsung tidur. Bersyukurlah kalo masih sanggup begitu. Nggak semua orang bisa demikian. Ada yang sampe insomnia, ada yang pilih minum-minum, ada yang ketergantungan obat, keluyuran, ada juga yang melampiaskan energinya untuk kerja lebih keras meski badan bisa jadi rontok gegara kurang tidur. Menenangkan diri bukan perkara mudah. Meski yang dibutuhkan adalah kadang hanya jeda sejenak di antara sekian masalah untuk bisa melampiaskan emosi supaya nggak menggunung. Solusi yg dibutuhkan sudah jelas landasannya emosional, bukan spiritual. Jadi jangan pula ngajarin orang puyeng untuk bertobat segala. Nggak ada hubungannya.
“Each person deserves a day away in which no problems are confronted, no solutions searched for.” ~ Maya Angelou, Wouldn't Take Nothing for My Journey Now
Jadi dari sekian masalah yang terus terus menghantam, mereka yang pantang menyerah jug perlu sedikit berteduh sebelum mulai berjalan lagi. Ibarat besi ya kudu diminyakin, jangan dibiarkan aus karena keseringan dipake. Selain nangis, minum air hangat, jalan kaki sebentar, cari teman ngobrol, mandi air panas atau berendam sambil nyanyi, mengulik hobi lama, say hi anjing-anjingan juga bisa membantu. Lain cerita kalo cuma tidur-tidur doang, tarik selimut, ogah ngadepin masalah eh malah bikin masalah. Itu besi karatan namanya.