Dalam hidup manusia, selalu ada tekanan atau pressure. Entah dalam soal pribadi, keluarga, komunitas, lingkungan tempat tinggal hingga profesi atau pekerjaan sehari-hari. Tekanan yang beragam itu memberikan stress baik secara fisik, pikiran, mental dan emosional. Orang tidak bisa pilah-pilih mau sekedar mencari yang minimal, atau tidak ada tekanan sama sekali. Sebab stress itu ternyata penting. Pertama, membuat orang terus bergerak dinamis untuk mencari solusi dan menyelesaikan masalah. Tanpa tekanan, tidak ada kemajuan yang berarti. Tidak ada pengalaman yang bisa didapat. Otomatis juga tidak menyehatkan perkembangan fisik, pikiran, mental dan emosional. Kalo karena itu mengelola stress adalah penting ketimbang melarikan diri atau sebaliknya menelan mentah-mentah.
Akan tetapi biasanya banyak orang yang memilih kedua jalan itu. Jalan pertama adalah kabur, pergi atau melepas diri dari masalah. Bisa juga mencari-cari mana yang paling ringan dan sisanya dibiarkan. Ada orang yang ketika dihadapi beban kerjaan kemudian merasa terlalu berat sehingga menolak begitu saja. Pikirnya, dengan menolak maka urusan bisa selesai dan dilupakan. Dia lupa bahwa hal tersebut berpengaruh terhadap reputasi serta portofolio yang dimiliki. Akhirnya, siapa juga yang percaya bahwa bekerjasama dengan dirinya bakal menghasilkan sesuatu? Melarikan diri dari masalah juga tidak membuat masalah selesai dengan sendirinya. Begitu pula dengan urusan lain seperti soal keluarga, lingkungan dan kehidupan sosial lain. Mendiamkan mungkin bisa jadi jalan awal untuk meredakan situasi. Akan tetapi mau sampai kapan? Maka tidak heran kalau masalah yang tadinya cuma sedikit tau-tau sudah menggunung dan kompleks. Butuh usaha lebih keras lagi kelak kalo benar-benar mau diselesaikan. Mau sok cuek tapi gigit jari.
Atau jalan kedua, yakni dengan menelan habis tanpa pandang bulu. Semua masalah hingga yang terkecil menimbulkan kecemasan tersendiri. Orang seperti ini justru kuatir kalo citra diri menjadi buruk; dianggap sebagai manusia nggak guna, nggak becus kerja, nggak bisa apa-apa. Jadi semua hal dilakukan meski dengan rasa kepedean, nggak menguasai namun memaksakan diri. Perasaan emosional semacam itu menjadikan mental yang terlalu keras dan punya resiko gampang patah. Berbeda dengan jalan pertama yang kayak dodol, yang ini macam baja tanpa kandungan logam lain sehingga tidak mampu menjadi lentur. Saking kerasnya, maka upaya yang dilakukan adalah dengan meniru, mengkopi dan melakukan hal apa saja yang dianggap bisa menaikkan reputasi. Padahal yang namanya reputasi adalah sekedar opini dari luar. Karakter yang ada tidak dikembangkan karena terlalu berfokus pada apa yang datang dari luar. Bagaimana kalo sudah patah? Bisa jadi malah menyalahkan diri sendiri, atau bahkan oran lain.
Jadi kedua jalan itu sama sekali nggak bisa menyelesaikan masalah. Sebab yang harus lakukan adalah mengelola semua tekanan dengan memberi prioritas, bukan dengan pilah-pilih kabur atau menelan semua. Dengan mengelola satu per satu, memberikan prioritas mana yang harus diselesaikan dengan serius dalam waktu bertahap, mana yang harus diberesi secara singkat dan mana yang bisa menunggu adalah cara yang efektif dan efisien. Itu sama seperti di satu sisi ada instruksi, perintah, arahan yang harus dipahami dengan sungguh, sementara di sisi lain ada opini, komentar, bahkan gunjingan yang harus dibiarkan. Orang yang memilih jalan pertama justru cenderung mendengarkan opini sementara arahan nggak dipahami. Akhirnya ditinggal semua karena nggak tahan. Orang yang memilih jalan kedua justru memakan semuanya tanpa pilah-pilih sehingga buat dirinya hidup menjadi berat karena harus menjaga citra, padahal juga belum tentu bisa apa-apa.
“Always behave like a duck- keep calm and unruffled on the surface, but paddle like the devil underneath.” ~ Jacob Braude
Mengelola tekanan pada akhirnya menjadi sebuah ciri identitas seberapa dan seperti apa orang yang bersangkutan bisa tenang, percaya diri secukupnya untuk bisa mengerjakan sesuatu. Mendengarkan diri sendiri dan mendengarkan orang lain adalah proses yang harus dilakukan secara berimbang, proporsional dan tepat sasaran. Kalo cuma menelan gosip saja, bakal pening harus bisa bersaing tanpa karuan. Padahal yang jadi sasaran juga belum tentu peduli. Sama halnya dengan mengabaikan semua hal begitu saja. Masalah akan baru muncul belakangan dan bakal kebingungan. Pantes cuma muter-muter disitu aja kan? Jadi berkawanlah baek-baek dengan tekanan, sebab itu bisa menunjukkan siapa diri sesungguhnya.