Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap orang punya cara dan jalan masing-masing dalam menempuh hidup. Sebab sudah pasti beda satu sama lain. Ada yang sat set sat set mulus tanpa hambatan, ada yang setengah mati harus lewat rintangan. Beberapa persis seperti lewat jalan tol luar kota bisa ngebut lancar bahkan tiba sebelum waktunya, sebagian kayak masuk tol dalam kota; udah bayar mahal. macet, mogok pula di tengah jalan. Singkatnya, ada yang enak, ada juga yang nggak enak. Mereka yang keenakan, dianggap masa bodo dan sering jadi bahan gunjingan. Mereka yang apes, kerap jadi sirik dan dituding memelihara dengki.
Apa iya begitu? Ternyata nggak juga. Sebab deskripsi atau penggambaran seperti di atas tidak berlaku permanen. Artinya, setiap orang punya fluktuasi dan guncangan hidup tersendiri. Ada kalanya senang, tetiba mendadak susah. Ada juga yang anyep lantas sontak girang. Orang bilang hidup seperti di atas roda. Tinggal perkara rodanya kecil atau besar. Tinggal soal ada di atas ban sehingga ajrut-ajrutan, atau ada di tengah as tanpa merasakan apapun. Perkara rodanya ngebut atau lambat berputar itu juga porsi masing-masing. Fluktuasi dan guncangan hidup itu ada yang terasa, ada juga yang biasa aja nyaris nggak ada pergerakan apa-apa. Belum lagi kalo rodanya singit, bocor atau nggak ada angin sama sekali. Kondisi itu sangat bervariasi kan?
Maka hal pertama yang paling sulit adalah mencoba untuk meminta penjelasan atau keterangan seperti apa orang lain menjalani hidupnya. Nggak semua bisa dipahami. Lu lagi ngapain? Sibuk mengerjakan apa? Kenapa bisa begitu? Alasannya sederhana, apa yang mendorong orang untuk cari tau adalah karena penglihatan dan persepsi yang timbul. Padahal melihat bisa saja hanya dipermukaan, sehingga persepsi sudah pasti bisa keliru. Contohnya kalo ada orang yang dilihat punya kerjaan bagus, gaji besar, sedangkan beban kerjanya ya cuma gitu-gitu aja. Itu persepsi yang muncul karena penglihatan. Nggak ada yang tau bahwa dengan gaji besar itu yang bersangkutan masih harus menghidupi banyak orang bahkan sanak keluarga jauh. Nggak ada yang tau bahwa untuk bisa mengamankan posisi maka ia harus rela ngapain aja. Nggak ada yang tau jika beban kerja yang gitu-gitu aja sebenarnya membunuh hasrat dia untuk bisa lebih berkembang. Sama aja kayak lihat orang yang kalem pendiam tenang, nggak taunya bangsat juga; tukang main mata, sosor punya orang dan nggak bisa dipercaya. Trus apanya yang mau dijelasin?
Oleh karena tidak semudah itu untuk bisa cari tau apalagi paham, maka yang kedua sudah pasti tidak perlu membanding-bandingkan. Semua berkubang dengan emas dan lumpurnya masing-masing lengkap dengan tinjanya. Melihat seberapa banyak emas dan lumpur itu juga hanya di permukaan. Jadi buat apa sibuk melototin kubangan orang. Membandingkan hanyalah jadi suatu tindakan yang melelahkan. Mulai dari penghasilan, penampilan, pasangan, perbuatan hingga kepemilikan. Takut ketinggalan, takut tersaingi dan takut nggak kebagian. Apalagi dengan adanya medsos di jaman sekarang; sibuk intip sana sini atau malah sebaliknya menutup diri. Padahal sudah lzimnya yang ditampilkan adalah yang hepi-hepi aja. Urusan yang susah bahkan menguras air mata atau kantong ya telan sendiri. Itulah sebabnya nggak heran jika penyakit hati bukanlah semata soal iri atau cemburu tapi memelihara ketidakpuasan dan kecemasan. Korupsi bukan semata ambil duit, tapi juga tindakan yang melangkahi hak orang lain. Ambil pasangan orang lain? Ambil nyawa juga sekalian.
"Be yourself, don’t take anything from anyone, and never let them take you alive." ~Gerard Way
Jadi hidup tak perlu menjelaskan, tak perlu membandingkan. Semua punya ruang masing-masing. Sekedar mengintip ya boleh. Ambil contoh yang bagus kalo perlu. Kalo kagak ya biarin. Melihat kebaikan orang patut ditiru, memandang kejelekan orang lain ya jangan diganggu sepanjang tidak masuk ke ranah pribadi. Citra apapun yang muncul, pada hakekatnya dari diri sendiri. Masa' iye hidup cuma jadi cerminan situasi yang tidak bisa dikontraol gegara takut ketinggalan, takut tersaingi dan takut nggak kebagian? Kasian amat