Dalam situasi terjepit atau terdesak, orang akan rela berbuat apapun. Apa yang tidak terpikir sebelumnya, tetiba bisa muncul. Melihat tokai kering di pinggir jalan, bisa jadi kemudian ada ide untuk melakukan monetisasi. Intinya, inspirasi akan muncul belakangan saat lagi butuh, terutama butuh duit.
Mengapa hal ini tidak terpikir sebelumnya? Sebab orang terbiasa dengan prokrastinasi alias menunda-nunda. Gimana besoklah, kumaha engke lah, ntaraje, dan seterusnya. Ini berlaku nyaris dalam segala hal. Entah tugas, pekerjaan atau apapun yang sebelumnya dilakukan dengan amat santai, males-malesan tau-tau sudah menjelang deadline alias garis mampus. Ada resiko untuk tidak mengerjakan, ada pula resiko untuk menunda atau memperlambat.
Lantas kenapa orang gemar menunda? Seperti biasa, banyak di antaranya yang mengira selalu punya waktu. Dengan rentang yang amat panjang, mungkin bisa dilakukan nanti. Sadar atau tidak, menunda sebenarnya membunuh waktu dengan sia-sia. Belum lagi dengan tugas atau pekerjaan lain yang semakin menumpuk, memecah fokus dan kemudian mengelola kesempatan dengan buruk. Ujungnya orang semacam ini akan sering berkata sibuk, nggak punya waktu, atau malah dengan kasar bilang nggak sempat, nggak kepikir, tapi pantang menyebut nggak bisa. Ogah malu, tapi sebenarnya sudah mempermalukan diri.
Dengan semakin menumpuk, maka tekanan yang datang juga semakin meningkat. Akan tetapi uniknya, dalam kondisi seperti ini ada ketegangan tertentu yang kemudian dianggap bisa menghasilkan suatu gagasan unik, spesial atau bahkan inovatif. Apakah demikian? Belum tentu. Sebab dalam situasi kepepet, biasanya sering kali yang berpelusng keluar adalah ide norak, kagak nyambung dan cocoklogi. Terlebih jika yang bersangkutan memang tidak pernah melatih dirinya untuk berada di dalam tekanan yang terus menerus dan dapat dikelola.
Kepepet hanyalah satu satu teknik sekunder atau bahkan tersier dalam menyelesaikan sesuatu yang insidental.
Maka di satu sisi, mereka yang bisa di dalam pressure karena tugas atau pekerjaan secara terus menerus, pada hakekatnya tidak akan mengandalkan gagasan yang muncul karena terdesak. Lha setiap hari juga sudah didesak kok. Sementara di sisi lain, mereka yang biasanya santai-santai, mager, madesu tetiba merasa terancam kehilangan seperti periuk nasi hingga kesempatan, maka mendadak mengandalkan the power of kepepet. Jadi lontaran ide liar yang muncul bukan lagi sekedar imajinasi, tetapi bisa fantasi hingga delusi.
Selain itu, menunda-nunda juga tidak bisa hanya sekedar mengandalkan rumus 80/20 atau yang dikenal dengan Hukum Pareto. Artinya, dengan rumusan yang dibuat oleh Vilfredo Pareto ini orang diharapkan mendapatkan 80 persen hasil dari 20 persen usaha. Oleh karena itu, sebuah pekerjaan bisa dianggap 80 persen sukses jika memanfaatkan waktu 20 persen secara maksimal. Masa iya semisal dalam 5 jam kerja, kemudian 80% pekerjaan bisa diselesaikan ngebut dalam satu jam? Hukum Pareto juga punya kelemahan. Pertama, efisiensi yang dihasilkan tidak berlaku umum alias tidak dapat diterapkan kepada setiap individu secara mutlak dan sama. Kedua, konteks efisiensi tersebut juga tidak bersifat resiprokal alias timbal balik dalam individu atau manusia. Mungkin bisa diaplikasikan dalam soal teknik bangunan, biologi atau keuangan dimana Hukum Pareto masih jadi favorit di perbankan. Akan tetapi, manusia tidaklah semudah itu. Apa iya legitimasi terhadap menunda-nunda itu menjadi bersifat ideologis? Bahaya banget, ntar malah jadi pembenaran.
Itulah sebabnya menjadi lebih penting agar orang selalu tetap bisa mengelola tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Tekanan akan selalu ada dan harus ada biar orang tetap mikir. Kepepet hanyalah satu satu teknik sekunder atau bahkan tersier dalam menyelesaikan sesuatu yang insidental. Anggap saja situasi terdesak adalah bersifat insidental yang muncul hanya sesekali. Jika terlalu sering dan berkali-kali, maka sebenarnya yang harus diperhatikan adalah soal kemampuan untuk bisa masuk dalam situasi yang serba cepat, berubah dan punya ari bahwa yang bersangkutan sebenarnya tidak pernah sibuk-sibuk amat. Baru clingak clinguk karena merasa terancam. Lah, kemarin-kemarin kemana aja? Sibuk masturbasi?