Kalo ada pertanyaan tentang bagaimana mengelola waktu, umumnya orang akan menjawab dengan sangat beragam. Ada yang mengutamakan efisiensi waktu; apa saja yang dikerjakan harus punya makna bahkan menghasilkan. Ada yang sedemikian ngoyo mengejar target sebab hal itu dianggap terpenting sebagai sebuah pencapaian, ada juga yang santai kayak di pantai menganggap waktu berjalan dengan sendirinya sehingga buat apa diburu. Meski opini soal penggunaan waktu bisa berbeda-beda, hampir semua tentu akan melihat bahwa waktu sangat berharga. Maka ada pepatah mengatakan bahwa time is money, waktu adalah uang. Mengapa bisa dianggap demikian? Bisa jadi karena saking berharga sehingga waktu tidak dapat ditukar dengan apapun. Waktu tidak dapat diperjualbelikan. Sekali ia berjalan ya akan terus melangkah nggak peduli orang sudah siap atau belum. Maka orang yang menyia-nyiakan waktu dalam perspektif ini, adalah meninggalkan banyak hal yang berharga dan tau-tau sudah lewat. Tetiba uzur begitu aja dan nyesal nggak bisa berbuat banyak.
Jadi pepatah itu memang nggak ada salahnya. Tapi kurang tepat, sebab bukan waktu yang hilang melainkan kesempatan atau opportunity. Waktu sebagai konstruksi gagasan manusia soal bagaimana sebuah proses kehidupan berlangsung, ya tetap terus ada. Manusianya yang bisa nggak ada. Jadi yang menghilang itu justru soal kesempatan; bagaimana orang memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Ketika kesempatan bisa diraih, itu baru soal awal. Saat kesempatan yang sudah ada bisa diberdayaguna agar bisa memberi hasil maksimal, itu masuk dalam pencapaian.
Akan tetapi tidak semua orang punya komitmen dan mampu secara konsisten melakukan hal itu. Pertama, ada yang sudah sejak awal keenakan. Melihat peluang hanya sebatas timbul tenggelam lantaran terbiasa apa-apa sudah disediakan. Kecil dimanja, muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga. Padahal kesempatan tidak pernah datang dua kali. Kalo ada yang luput ya bisa gigit jari. Jadi konsep tentang hidup berjalan dengan statis tanpa ada gejolak tentunya juga harus dihindari. Meski kecil dimanja, kan nggak ada yang tau juga kelak saat muda dihina, tua miskin sengsara dan mati masuk neraka? Kedua, tidak menyangka bahwa kesempatan itu sedemikian berharga sehingga mengecilkan peluang dengan gagasan entah harap-harap cemas gagal, atau sebaliknya kepedean tapi nggak pernah kemana-mana. Rasa kuatir memang membuat orang jadi ragu mengambil peluang. Demikian pula jika tanpa perhitungan mau mengejar segala hal, tapi ujungnya hanya lelah dan nggak bisa mendapatkan yang diinginkan.
Maka mengelola waktu atau time management bukanlah sesuatu yang sangat mengikat erat tetapi juga bukan lepas bebas. Mengelola waktu bukan sekedar memanfaatkan setiap peluang habis-habisan karena ada hal lain juga yang jadi prioritas atau pertimbangan untuk melepas kesempatan. Akan tetapi juga bukan berarti menutup mata mengabaikan setiap kesempatan yang datang. Semua harus dapat diukur baik probabilitas keberhasilan dan resiko, harga yang harus dibayar, hasil yang mungkin bisa dicapai serta tidak lupa dengan rencana-rencana cadangan. Sebab hal itu menunjukkan kesiapan seseorang ketika berhadapan dengan waktu yang terus berjalan. Tanpa persiapan, fleksibilitas dan juga kemampuan untuk menyesuaikan diri, manusia jelas bisa sangat dikecewakan oleh waktu. Udah ngarep segede gunung, eksekusi mati-matian, begitu ada yang luput dan nggak bisa diulang maka sesalnya luar biasa kan?
"It's not enough to be busy, so are the ants. The question is, what are we busy about?" ~Henry David Thoreau
Oleh karena itu, waktu bukan lagi sekedar kesempatan melainkan situasi yang harus bisa dirangkul dipeluk tapi siap juga digebuk. Waktu bisa jadi kawan sekaligus musuh yang membahayakan, tergantung darimana menilainya. Waktu ada dalam keseharian, dengan demikian setiap kesempatan yang ada bukan karena dicari, melainkan sebagai bentuk kehadiran. Sama seperti semut; manusia melihatnya sibuk lalu lalang, tapi bagi mereka itu adalah hal yang biasa. Dengan menjadikan waktu sebagai pengelolaan dan bagian dari rutinitas serta aktivitas yang dibangun, maka kesempatan akan mudah menghampiri. Demikian pula dengan uang. Pengelolaan terbaik adalah dengan membuatnya datang menghampiri, bukan dikejar. Jodoh juga sama kan? Investasi lho itu.
Jadi selagi masih ada waktu ya pengelolaan harus bisa matang dan terencana. Kalo cuma dadakan, main butuh, angot-angotan, aji mumpung ya nggak kemana-mana juga. Bakal habis ditelan waktu. Usia nggak lagi muda, antrian panjang, terus masih merasa dibutuhkan gitu? Kasian amat.